Misykatul Anwar Dalam Pengawasan MUI Batam

BATAM, IsuKepri.Com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam saat ini tengah mengkaji keberadaan sejumlah aliran sempalan atau aliran yang diduga menyimpang dari ajaran Islam. Salah satu aliran yang saat ini tengah dalam pengawasan MUI Kota Batam adalah Misykatul Anwar.

Sekretaris MUI Kota Batam, Santoso mengungkapkan, keberadaan Misykatul Anwar di Kota Batam sebenarnya sudah lama. Namun baru diawasi oleh MUI Kota Batam sekitar tiga tahun terakhir.

“Sudah ada riak-riak di masyarakat terkait aliran ini,” kata Santoso di Sekretariat MUI Kota Batam di Batam Centre, Jumat (3/8).

Dalam kajian yang dilakukan, MUI Kota Batam juga telah mengumpulkan data dan fakta terkait Misykatul Anwar. Termasuk laporan dari masyarakat muslim yang pernah mengikuti aliran ini, namun akhirnya keluar karena tidak sesuai dengan keyakinannya.

MUI Kota Batam juga telah beberapa kali mengundang guru besar Misykatul Anwar atau mursyid bernama Rachmat Hidayat. Namun dari beberapa kali rencana pertemuan yang telah disepakati, Rachmat Hidayat tidak hadir dengan berbagai alasan.

“Termasuk hari ini (Jum”‘at) rencananya siap bertemu, namun tiba-tiba batal dengan alasan beliau (Rachmat Hidayat) sedang berangkat ke Singapura,” katanya.

Menurut Santoso, Misykatul Anwar mengklaim telah memiliki pengikut sebanyak 3 ribu jamaah di Kota Batam. Mereka juga rutin menggelar pengajian bagi para pengikutnya dan sarana untuk mengajak masuk calon pengikut-pengikut baru.

Disamping Misykatul Anwar, MUI Kota Batam juga sedang mengawasi kegiatan aliran lain yang diduga menyimpang. Yakni Kiblatul Amin yang diantara kegiatannya dipusatkan di Cendana, Batam Centre dan Gafatar.

Kepala Kementerian Agama Kota Batam, Zulkifli Aka mengimbau agar masyarakat waspada terhadap aliran sempalan dengan ajaran yang menyimpang dari kemurnian Islam. Jika mengetahui adanya ajaran tersebut di sekitar lingkungannya, diharapkan dapat segera menginformasikan ke MUI ataupun Kementerian Agama Kota Batam.

“Kita harap umat Islam di Kota Batam, terutama imam di masjid dan musholla untuk mewaspadai adanya aliran-aliran baru di sekitar lingkungan kita. Segera laporkan ke MUI ataupun Kementerian Agama, agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat,” pesannya.

Sudirman, salah seorang warga Tiban ini mengungkapkan peristiwa yang pernah ia alami saat mengikuti kegiatan Misykatul Anwar. Awalnya, kegiatan yang diikuti adalah pengajian pada Sabtu di bulan Juli 2011 lalu di salah satu kawasan di Baloi Centre. Dari pengajian tersebut, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan semacam ritual yang dilakukan esok harinya, Minggu.

“Kegiatan sebenarnya dimulai pada malam Jum’at, namun karena berhalangan, saya baru bisa hadir pada malam Sabtu yang merupakan pengajian lanjutan dari malam Jum’at,” katanya.

Sebagaimana pengajian pada umumnya, dalam pengajian tersebut murshid menjelaskan mengenai ayat-ayat Al-Qur’an dan dikolaborasikan dengan hadits serta ayat dari kitab agama lain. Pengajian ini dilengkapi dengan peralatan multimedia seperti laptop dan infokus.

Menurut Sudirman, doktrin inti pada kegiatan selama tiga hari tersebut adalah tentang hakikat mengingat Allah. Dalam doktrinnya, mursid menanyakan apa yang diingat jamaah ketika sholat dan bagaimana bisa mengingat Allah sementara jamaah tidak pernah bertemu ataupun melihat Allah. Dari pertanyaan tersebut, kemudian mursid mengajak jamaah untuk mengikuti ritual yang disebut “Tawajjuh”, untuk bisa melihat Allah.

“Untuk dapat mengikuti Tawajjuh, jamaah disyaratkan membawa 3 kilogram beras dan berpakaian serba putih. Ritual Tawajjuh dilakukan di ruangan khusus sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, setelah sebelumnya jamaah istirahat tidur dan melakukan mandi taubat,” katanya. (eki)

iwan

Read Previous

Januari 2013, Seleksi KPU Kepri

Read Next

Tontowi-Liliyana Gagal Rebut Perunggu