Kepongahan Pengusaha, Jerit Bagi Nelayan

BATAM, IsuKepri.Com — Sejak dua tahun terakhir, gangguan mata pencaharian dirasakan para nelayan. Ada ratusan nelayan di kawasan Tanjung Uma, Kampung Agas, Tanjung Tritip, Patam Lestari dan Tiban yang mengalami kegetiran itu.

Kenyataan pahit itu dialami para nelayan akibat reklamasi yang dilakukan PT Power Land di Pulau Bokor. Pengurukan hutan bakau dan pantai sekitar, tak luput menjadi sasaran reklamasi PT Power Land di kawasan Pulau Bokor. Pulau yang disebut-sebut telah dijual ke warga negara asing dan akan dikembangkan sebagai kawasan kepariwisataan.

Reklamasi semakin tak terkontrol, seperti luput dari pengawasan institusi terkait di Pemko Batam. Serta semakin melebar hinga merambah kawasan sungai disekitar Tanjung Uma dan Patam Lestari.

Padahal perairan dan sungai di kawasan Tanjung Uma ini merupakan titik awal mata pencaharian nelayan. Tidak hanya nelayan di sekitar kawasan Tanjung Uma, Tanjung Tritip dan Kampung Agas saja. Namun juga nelayan-nelayan dari Patam Lestari hingga Belakang Padang.

Nelayan Kampung Agas, Masrani (47) mengungkapkan, sungai di kawasan Tanjung Uma merupakan tempat berkumpulnya ikan Belanak dan ikan Tamban. Ikan ini merupakan umpan bagi nelayan untuk merawai, semacam memancing dengan banyak mata kail.

Sebelum direklamasi, untuk mencari ikan Belanak dan ikan Tamban, nelayan cukup merentangkan jaring di perairan itu. Tidak perlu menunggu lama, hanya beberapa menit, ikan untuk umpan ikan besar ini pun banyak dihasilkan. Dengan umpan yang mudah dan cepat didapat, sangat membantu para nelayan untuk melaut.

Berbekal ikan Belanak dan ikan Tamban inilah yang digunakan para nelayan untuk merawai ataupun menjala ikan-ikan di tengah laut. Mulai dari ikan Kerapu, Pari, Kakap Merah, Hiu Kemejan dan ikan Unga.

Dalam sehari, hasil merawai, para nelayan mampu mendapatkan ikan minimal 3 kilogram. Bahkan dalam sekali rentang jaring, bisa sampai 10 kilogram ikan tertangkap. Ikan-ikan ini dijual ke pasar pagi Jodoh dengan harga bervariasi, mulai dari Rp10 ribu-Rp12 ribu per kilogram.

“Dalam semalam, biasa kami bisa mendapatkan penghasilan Rp80 ribu hingga Rp90 ribu. Kadang kalau ramai, bisa sampai Rp150 ribu,” ungkapnya.

Namun kini, mencari ikan tak semudah lagi sebelumnya. Sejak terjadi reklamasi dan diurugnya sungai dan bakau, umpan ikan semakin sulit didapat. Begitupun dengan perairan yang tercemar, ikan semakin menjauh dan sulit didapatkan.

Kini, Masrani harus sabar untuk bisa mendapatkan umpan. Jam 18.00 WIB sore penjerat umpan dipasang, jam 4.00 WIB (menjelang Subuh) umpan baru bisa didapat. Itupun hasilnya sangat sedikit, tak seperti harapan.

“Sekarang, sehari cari uang Rp30 ribu saja bingung,” katanya.

Abdul Karim (60), RW 04 Kelurahan Tanjung Uma juga mengakui kesulitan yang dialami para nelayan setelah terjadinya pengurukan di kawasan perairan sekitar. Dampak ini sangat dirasakan nelayan yang tinggal di sekitar perairan Tanjung Uma.

Sebelumnya, ada sekitar 20-an keramba dan ratusan tapak kelong yang dimiliki nelayan di kawasan perairan Tanjung Uma. Akibat pengurukan dan penimbunan sungai dan perairan, kini tinggal 10-an saja tapak kelong tersisa.

“Penimbunan dilakukan PT Putera Setokok Mandiri dengan lebar sekitar 25 meter dan panjang mencapai 300 meter,” jelas Karim didampingi Zamuar (32) dan Nazari (31).

Kondisi memprihatinkan dan ancaman terhadap mata pencaharian, sudah beberapa kali disampaikan ke perusahaan maupun anggota dewan. Para nelayan juga sudah menyampaikan aspirasi tersebut kepada anggota dewan sejak sebulan lalu dengan memasukkan surat permintaan hearing ke Komisi 3 dan Komisi I DPRD Kota Batam. Atas kenyataan itu, para nelayan pun mengancam melakukan aksi demo.

Koordinator Solidaritas Nelayan, Sahruddin menyatakan, aksi demo akan dilakukan sekitar 200 nelayan. Dengan tuntutan kepada perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada nelayan, meminta biaya ganti rugi atas hilangnya mata pencaharian nelayan sejak ditimbun dan meminta penghentian lokasi penimbunan hingga ada kesepakatan dengan nelayan.

“Kita juga meminta komitmen pihak perusahaan untuk memberikan solusi atas mata pencaharian nelayan di masa mendatang,” jelasnya. (eki)

iwan

Read Previous

Hasil Liga Premiere Inggris, Sabtu 29-09-2012

Read Next

Handarlin Harapkan Komitmen SAA untuk Tepat Waktu