Dosen UK Akan Bakar Diri, Tuntut Rektor Mundur

Karimun, IsuKepri.com – Seorang dosen Ilmu Adminsitrasi Negara di Universitas Karimun (UK), Fitra Taufik, S.I.P mengancam akan menggelar aksi demonstrasi tunggal dengan cara bakar diri di depan kampus UK.
Adapun ancaman rencana aksi tersebut menurut Fitra bakal digelar pada Senin (18/2), bertempat di depan gedung Kampus Induk UK, dan saat ini telah melakukan berbagai persiapan termasuk izin aksi ke Polres Karimun.

Fitra Taufik mengatakan, aksi dilakukan atas dasar hak-haknya selaku dosen telah dikebiri rektor UK, Abdul Latif. Dimana ia tidak lagi dibenarkan untuk mengajar di kampus tersebut dan hal ini telah ditanyakan kepada rektor, namun tidak ada jawaban apapun yang diperoleh.

Ia menjelaskan, pengebirian kebebasan akademik dirinya oleh rektor, merupakan bentuk ketidaksukaan pimpinan kampus tersebut terhadap kritikan-kritikan yang selama ini ia lontarkan.

Bukan rahasia lagi, kalau selama ini Fitra Taufik acapkali mengkritisi kebijakan-kebijkan rektor UK. Bahkan ia menjelaskan bahwa dirinya pernah dituduh telah melakukan rencana jahat ingin menggulingkan atau memberhentikan rektor dengan cara memprovokasi staf.

Perlu diketahui oleh rektor kata Fitra, bahwa lembaga pendidikan merupakan lembaga yang mengagungkan kejujuran, keadilan, kebebasan berfikir dan berpendapat. Perdebatan maupun pembicaraan tentang kepemimpinan rektor di dalam pengelolaan perguruan tinggi merupakan sesuatu yang sangat wajar dan ini merupakan hak asasi manusia untuk berpendapat.

“Rektor tidak memiliki kewenangan membatasi hak saya untuk berpendapat meskipun saya merupakan bawahan rektor. Kampus bukan lembaga pemerintah atau militer yang cenderung menekankan kepada kepatuhan dan loyalitas yang seringkali tidak obyektif. Jangankan ketidak-percayaan terhadap kepemimpinan rektor, ketidak-percayaan terhadap kepemimpinan presiden di negeri ini sekalipun tidak ditabukan, ungkapnya, Jumat (15/2).

Fitra mengaku aksi dilakukan sebagai bentuk kekecewaanya yang sangat mendalam atas perlakukan rektor UK yang selama ini diterimanya. Fitra juga menjelaskan kalau sebelumnya dia mencabat sebagai Kepala Biro Administrasi Akademis di Kampus UK, namun didesak mundur oleh Rektor karena berbagai kritikan pedasnya terhadap rektor. Seperti kasus batalnya perpindahan mahasisiwa UK ke STKIP PGRI Sumenep, tak lain merupakan bentuk perlawanan dirinya terhadap kebijakan rektor yang dinilainya membahayakan lembaga. Fitra juga mengungkapkan, ketika dirinya diminta untuk mundur dari jabatan tersebut, ia sempat menolaknya. Namun, setelah dilakukan rapat senat, ia akhirnya bersedia mundur karena satu alasan, dia tidak ingin adanya konflik lagi di dalam tubuh manajemen kampus dan memikirkan nasib para mahasiswa.

Kalaulah karena kita memiliki jabatan, lantas menyebabkan kita berkelahi, maka lebih baik saya lepaskan jabatan itu daripada putus hubungan silaturahmi saya, ucapnya.

Di dalam rapat senat kata Fitra, dirinya pun kemudian dipercaya oleh anggota senat untuk tetap menduduki jabatan baru yakni sebagai Kepala Lembaga Penjaminan Mutu di Kampus UK. Namun hingga kini SK nya pun tidak ia terima, padahal keputusan senat tersebut pada maret 2012 yang lalu dan saat ini pun dirinya tidak lagi bersedia untuk menduduki jabatan tersebut. Karena merasa belum memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu.

Namun anehnya, sampai hari ini pun Fitra tidak menerima SK pemberhentian dirinya sebagai Kepala Biro Adminstrasi Akademis. Padahal pengganti dirinya telah diberikan SK pengangkatan. Setelah tidak menjabat sebagai Kepala Biro Adminitrasi Akademis, Fitra tetap melanjutkan pekerjaan utamanya sebagai dosen di kampus tersebut, namun pada semester mendatang, ia tidak lagi diberikan izin oleh rektor mengajar.

“Selama ini, ketika gaji saya terlambat dibayarkan, saya tidak protes. Tetapi ketika hak saya dikebiri dan kebebasan akademik saya dihalangi, maka saya akan protes keras,” ucapnya.

Dijelaskannya, aksi bakar diri yang akan dilakukan tersebut sebenarnya tak terlepas dari tiadanya pembelaan dari pihak Yayasan Tujuh Juli (yayasan yang menaungi Kampus UK) maupun senat di Kampus UK. Ketika persoalan itu telah disampaikan kepada Yayasan Tujuh Juli ataupun ke senat universitas, mereka semua hanya diam dan menyuruh agar bersabar.

Atas hal itu pun, Fitra menilai kalau kondisi saat ini benar-benar sudah gila dan keterlaluan. Lembaga seperti Yayasan ataupun Senat sudah tidak lagi menjalankan peran dan fungsinya yang sesesungguhnya. Sehingga Fitra mengaku geram dan tak tahu lagi kemana harus mengadu.

“Apakah Kopertis peduli dengan persoalan-persoalan seperti ini? Apakah Dirjen Dikti memberikan perlindungan kepada dosen yang hak intelektual dan kebebasan akademisnya dikebiri oleh rektor? Dimana mereka? Mengapa yayasan dan senat UK selama ini diam dengan kebijakan-kebijakan rektor yang benar-benar sangat tidak rasional? Ketika staf UK dipecat rektor, pengeloaan keuangan diambil alih rektor, pemberhentian kaprodi, rangkap jabatan Pembantu Rektor sekaligus dekan fakultas, kebijakan kerjasama KKN dengan Negara Malaysia yang tidak jelas izinnya, dan banyak kebijakan rektor lainnya yang sangat tidak rasional,” jelas Fitra.

Berdasarkan bukti-bukti yang dijelaskan oleh Fitra, namun menurutnya semuanya instansi diam. Dia juga mengaku geram seraya menanyakan apakah Adbul Latif selaku rektor UK telah benar-benar menjadi Saragoza di Karimun?, sehingga tidak ada satupun orang yang bisa mengatakan kepadanya, bahwa apa yang ia lakukan salah atau benar.

“Ini benar-benar sudah keterlaluan. Dimana pemimpin kita? Seharusnya mereka berani untuk mengatakan mana yang salah dan mana yang benar. Kalau para pemimpin di Karimun sudah tidak lagi berani mengatakan mana yang benar dan yang salah, lebih baik mereka berhenti menjadi pemimpin,” tegasnya.

Ketika ditanya apakah rencana aksi bakar diri yang bakal dilakukan Fitra adalah benar-benar dilaksanakan?. Dengan tegas dia menjawab ya. Menurutnya bukankah ketika seorang pemuda membakar dirinya di depan Istana Tunisa, dia tidak bermain-main. Dengan demikian Fitra mengaku kalau dirinya tidak pernah bermain-main dengan hidupnya.

Dikatakannya pula, tuntutannya sangat sederhana. Berhentikan rektor UK (Abdul Latif). Cukuplah dirinya saja yang menjadi korban terakhir dari kediktatoran rektor UK dan jangan ada korban lainnya.

“Anda lihatlah apa yang akan terjadi nanti. Kenapa harus membakar diri dan tidak melibatkan rekan-rekan lain? ya karena saya berhadapan dengan sistem yang benar-benar mengerikan dan orang-orang yang mulai tidak rasional. Saya harus menghadapi secara tidak rasional dan ini satu-satunya cara. Makanya saya tidak mau melibatkan siapapun karena saya punya mimpi sendiri,” pungkasnya.

Sumber : HaluanKepri

suprapto

Read Previous

Prahara Parpol Karena Ingkar Pada Pancasila

Read Next

Natuna Rawan di Caplok Asing