Tanjungpinang City is The Inspiring of Malay

DIAN FADILLAH, S.Sos

KETUA PKBM SUARA LAMPION

Potensi Tanjungpinang sebagai warisan budaya (Heritage) merupakan suatu khazanah warisan yang tidak dapat diabaikan. Warisan itu merupakan peninggalan yang senyananya tidak ternilai harganya, apalagi peninggalan yang untuk di sia – siakan.

Akan hal itu, manusia yang rugi kalau warisan itu hanya dijadikan sekedar lip service dan sekedar pelengkap kehidupan di masyarakat daerah di dunia Melayu yang semakin maju dengan modernisasinya. Apabila kita kaji secara mendalam, asal muasal warisan itu adalah harta peninggalan dari pewaris kepada ahli warisnya.

Sedangkan, kata warisan itu berasal dari Bahasa Arab yaitu Al – miirats, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa – yaritsu – irtsan – miiraatsan dan maknanya menurut bahasa ialah Berpindahnya sesuatu dari seseorang/ kaum kepada orang lain/ kaum lain.

Sementara, yang dimaksud ahli waris itu adalah orang – orang yang berhak menerima harta peninggalan (pihak yang mewarisi) orang yang meninggal karena hubungan tertentu (keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya). Sedangkan, harta warisan yang dalam istilah fara’id dinamakan tirkah (peninggalan) adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, berupa uang atau materi lain yang dibenarkan oleh Syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya.

Kemudian, waris berarti orang yang berhak menerima pusaka (peninggalan) orang yang telah meninggal. Warisan berarti ‘harta pusaka peninggalan’.

Mewarisi Mempunyai Arti

(1) Mendapat pusaka dari …‘, (tidak ada yang berhak mewarisi harta benda orang itu selain anak cucunya atau karib baid­nya)

(2) Menerima sesuatu yang ditinggalkan’, (Bangsa Indonesia mewarisi nilai budaya luhur peninggalan nenek moyang yang hidup pada zaman dahulu)

Mewariskan Berarti

(1) Memberi pusaka (peninggalan) kepada …‘, (Kita akan mewariskan tiga perempat dari harta kekayaan kepada anak – anak saya, sedangkan yang seperempat lagi akan saya serahkan kepada panti asuhan)

(2) Menjadikan waris’, (meskipun bukan waris jika diwari­skan oleh orang yang meninggal itu menjadi waris juga. Pewaris berarti ‘yang memberi pusaka’, misalnya Panglima Besar Sudirman adalah pewaris perjuangan, melawan penjajahan Belanda, bagi Bangsa Indonesia).

Bagaimana warisan budaya yang ada di daerah kita yakni Melayu yang dikenal dengan istilah Malay seperti aktivitas budaya dunia yang dilakukan dalam World Heritage Cities Conference and Expo (WHCCE) di Sanfanbolu Turki pada tahun 2005 ataupun di Lijiang Tiongkok tahun 2006 dalam upaya Promosi dan Citra wisata budaya daerah Jawa sekaligus mengangkat nama Indonesia di mata dunia Internasional.

Saat ini juga, Solo sudah melakukan aktivitas Festival Musik Dunia (FMD), Solo Batik Carnival (SBC), Solo International Performing Art (SIPA) dengan menjadikan daerah sebagai Pengembangan MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition).

Perubahan apa ini ? apakah perubahan itu dilakukan tanpa konsep ? mengapa Solo bisa berbuat seperti itu ? Perubahan yang perlu dilakukan ? banyak pertanyaan di benak kita dan diantaranya ternyata yaitu perubahan secara Kultural (kebudayaan) yaitu adalah perubahan kebudayaan masyarakat desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern.

Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat tradisional mulai dari alat yang digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi sedikit menjadi berkembang ke arah yang lebih modern. Yang menjadi titik tolak utama pengertian pola kebudayaan tradisional adalah yang dikemukakan oleh Paul H. Landis an Everett M. Rogers, bahwa keberadaan pola kebudayaan tradisional ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

  1. Sejauh mana ketergantungan masyarakat terhadap alam ?
  2. Bagaimanakah tingkat teknolo­gi yang digunakan dalam upaya pembuatannya ?
  3. Bagaimana sistem produksinya ?

Sementara, pola kebudayaan tradisio­nal akan tetap eksis apabila masyarakat desa memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap alam, namun dengan tingkat teknologi yang tinggi, dan produksi yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebu­tuhan keluarga. Ini berarti bahwa apabila ketergantungan terhadap alam berkurang atau bahkan hilang, tingkat teknologinya tinggi, dan produksi ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented), maka kebudayaan tradisional menjadi kehilangan dasar eksistensinya dan akan menunjukkan perubahan cultural pada masyarakat desa.

Selain hal itu, meningkatnya teknologi pada masyarakat desa juga menunjukkan semakin berubahnya kebudayaan di desa yang awalnya menggunakan alat pertanian yang moderate (sederhana) dan sekarang mulai maju dengan menggunakan teknologi modern. Hal ini tidaklah buruk, karena dapat memajukan desa kearah modern. Dari itu semua, masih ada kendala dalam memajukan desa kearah modern yang disebabkan karena cara hidup. Cara hidup modern menuntut biaya tinggi, sedangkan cara hidup tradisional merupakan cara hidup yang relatif murah.

Sekalipun penduduk telah mendapatkan dan menyerap pengetahuan baru dan budaya modern, namun pengaruhnya hanya sebatas sikap dan pandangan hidup saja. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan hidup modern karena masalah struktural (karena termasuk golongan miskin yang rendah tingkat keberdayaannya) . Pemahaman masyarakat sudah mulai ada seiring dengan perkembangan waktu terutama pihak yang termasuk dalam industri pariwisata terkait yang bukan hanya melihat tapi merasakan langsung kepahitan yang terjadi dari waktu ke waktu.

Untuk itu, kelompok masyarakat harus melakukan upaya nyata tampilan seni budaya yang bernilai Interesting Entertainment dengan melakukan aktivitas Seni dan Budaya, seperti Tari Tradisional Melayu (Tari Persembahan) – Tari Kreasi (Zapin), Musikalisasi secara akustik dan modern, Teater (Bangsawan), Pembacaan Gurindam 12, Pementasan Berbalas Pantun, Visualisasi Puisi karya orang terkenal di Indonesia ataupun daerah. Kalaulah hal ini dapat dilakukan, maka secara fakta integritas :

  1. Hotel sebagai tempat hunian komersil akan bergairah mempromosikan daerah dengan berbagai macam kegiatan yang menarik karena :
  • Hotel saat ini mengalami depresi mendalam dengan penerapan UMK yang baru.
  • Hotel mengalami penurunan dalam occupany (tingkat) hunian kamar hotel yang biasanya kebanyakan  menunggu event pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan di Ball room atau meeting room.
  • Hotel tidak mempunyai bayangan apa yang harus dilakukan dalam upaya komersialitas hotel.
  1. Travel akan terinsinpirasi untuk membuat Tour package (Tour Paket ) yang memasukkan aktivitas seni budaya sebagai komponen yang representative karena :
  • Sebahagian Agent hanya beroperasi di bidang Ticketing (Penjualan tiket) saja.
  • Kebanyakan Travel hanya berani melakukan aktivitas Out Bound Tour (Tour ke Luar negeri) saja.
  • Travel Agent akan berpikir berkali – kali untuk menjual In Bound (Tour ke dalam negeri) dengan prediksi tidak akan laku untuk dijual dengan miskinnya kegiatan.
  1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Souvenir Shop atau mungkin Pasar Oleh Oleh akan berkreasi dan berinovasi dalam upaya pembuatan handycraft menarik yang sarat dengan muatan local karena :
  • Pihak – pihak yang berkreasi hanya membuat handycraft saja tapi tidak pernah/ kurang ada yang membeli.
  • Tidak tertantang untuk melaju dengan bentuk yang lebih kreatif.
  • Tidak ada pesanan yang jumlahnya harus melibatkan masyarakat luas dalam kelompok yang banyak.

“Be the good, because God loves the goodness.” Jadilah orang baik, karena tuhan menyukai kebaikan. Upaya – upaya dan ide – ide yang kita bicarakan diatas adalah brilliant. Kalaulah upaya – upaya itu secara bersinergi dapat kita lakukan, maka bukan hanya impian belaka. Tanjungpinang is The Inspiring of Malay akan kita raih sebagaimana predikat yang sudah diproklamirkan daerah budaya di Jawa Tengah yaitu Solo the Inspring of Java. (*)

Alpian Tanjung

Read Previous

KKAB Kepri : Kedepankan Akhlak Agar Tak Berbenturan

Read Next

JIM Kota Tanjungpinang Lakukan “Gerakan Ayo Membaca”