Kenaikan BBM, Inflasi Kepri Meningkat Pada November

Batam, IsuKepri.com – Bank Republik Indonesia (BI) Kepulauan Riau mendapatkan laju Inflasi yang meningkat pada November 2014. Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang efektif berlaku pada 18 November 2014 lalu.

Pimpinan BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra dan Ketua II Tim pengendalian inflasi (TPID) Kepri menyampaikan, laju inflasi Kepulauan Riau (Batam dan Tanjungpinang) pada November 2014, tercatat sebesar 1,38 persen (mtm) atau 5,3 persen (yoy), namun inflasi yang terjadi masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yaitu sebesar 1,50 persen (mtm) atau 6,23 persen (yoy).

Jika inflasi hanya dihitung berdasarkan tingkat kota saja, inflasi Kota Batam sebesar 1,49 persen (mtm) atau 5,40 persen (yoy), sedangkan untuk inflasi Kota Tanjungpinang sebesar 0,77 persen (mtm) atau 5,16 persen (yoy), ujar Gusti, Selasa (2/12).

Dikatakannya, kelompok administered price menjadi penyumbang terbesar inflasi November, yang didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif angkutan dan gas elpiji. Kelompok administered price mencatatkan inflasi sebesar 3,83 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,79 persen.

Inflasi administered price juga bersumber dari kenaikan harga gas elpiji 3 kg di Kota Batam, sebagaimana keputusan Pemerintah Kota Batam yang efektif memberlakukan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pada 5 November 2014, katanya.

Selain itu, kata dia, tekanan inflasi pada kelompok volatile food juga meningkat, terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada cabe rawit, cabe merah dan beberapa komoditas sayuran seperti bayam dan kangkung.

“Kelompok volatile food mencatatkan, inflasi 2,53 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,49%. Kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah terjadi karena keterbatasan pasokan pasca panen raya di Juli dan Agustus, serta musim penghujan di akhir tahun yang kurang sesuai untuk tanaman cabai (risiko gagal panen tinggi),” ucapnya.

Ditambahkannya, demikian juga inflasi yang terjadi pada bayam dan kangkung dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan, karena penurunan hasil panen. Laju inflasi November tertahan oleh penurunan inflasi pada kelompok inti, dipengaruhi oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas terutama emas, biaya SLTA dan biaya rekreasi.

Kelompok inti mencatatkan, inflasi 0,19 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Penurunan harga emas terjadi sejalan dengan penurunan harga komoditas tersebut di pasar global, sementara penurunan biaya SLTA dan biaya rekreasi terjadi seiring dengan berakhirnya masa tahun ajaran baru dan liburan sekolah.

Meski demikian, sejumlah komoditas inti juga mencatatkan inflasi antara lain, adanya kenaikan biaya administrasi transfer uang dan biaya administrasi kartu atm, yang efektif berlaku pada 1 November 2014.

Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperkirakan, dampak kenaikan harga BBM akan berlangsung secara terkendali sekitar 3 bulan, dengan puncaknya pada Desember 2014.

“Menghadapi hal tersebut, Bank Indonesia bersama dengan TPID akan meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi untuk meminimalkan dampak lanjutan yang ditimbulkan serta mengelola ekspektasi inflasi masyarakat,” katanya. (SUTIADI MARTONO)

Alpian Tanjung

Read Previous

HUT Korpri, Pejabat Eselon II Jadi Petugas Upacara

Read Next

94 Peserta CPNS Batam Raih Ranking Terbaik