Budidaya Ikan Lele Demi Selamatkan Buah Hati

Bintan, Isukepri.com – Usai reda hujan pada siang itu, sosok lelaki berkaos loreng ala tentara ini duduk meneduhkan diri dari panasnya mentari pasca hujan, pada Sabtu (16/5). Sambil berteduh, lelaki berusia 45 tahun itu juga, sesekali melirik rumahnya. Lelaki mualaf yang memiliki nama Ceri, merupakan keturunan Cina yang rela menghabiskan waktu kesehariannya sebagai peternak ikan lele ini mengatakan, semua usaha yang ia miliki sekarang adalah demi Sheli si buah hatinya. Gadis kecil yang kini berusia 5 tahun, memiliki kisah bersama sang ayah. Sehingga, sebagai seorang ayah, Ceri rela meninggalkan Pulau Seribu sampai mau bermukim sederhana di persimpangan Gesek dan Kawal demi Sheli.

Waktu itu, selama 7 tahun di Pulau Seribu, Ceri merupakan tangan kanan dari pengusaha asal Taiwan yang bergerak di bidang budidaya ikan air asin. Biaya upah sekitar Rp7 juta per bulan dan ditanggung segala kebutuhan dapur serta tempat tinggal. Selain itu, Ceri alias Asiang ini juga memegang jabatan sebagai pengawas pakan ikan di usaha tersebut. Ketika itu, isteri Ceri yakni Leli Safitri asal Bangka Belitung tersebut dalam keadaan hamil tua dan saat itu, Ceri mendengar isterinya akan melahirkan anak pertama mereka.

Namun, takdir jualah yang menentukan, sehingga Ceri mengikhlaskan kepergian sang anak, meskipun ketika itu ia tidak sempat meluapkan kebahagiaan bersama buah hatinya walau hanya sejenak. Anak pertama saya sudah meninggal terlebih dahulu sebelum sempat saya menggendongnya. Padahal ketika lahir, ia selamat, namun hanya selisih jam saja anak saya pun meninggal dunia, ujarnya mengisahkan.

Tidak ingin hal itu terulang lagi, rentang waktu beberapa tahun terdengarlah kabar lahirnya anak ke dua. Ceri pun nekat meninggalkan Pulau Seribu, tanpa memberi pesan pada pengusaha asal Taiwan tersebut demi menyelamatkan anak ke duanya, dari kejadian yang memilukan sebelumnya, sehingga lahirlah Sheli.

Saya terpaksa meningalkan Pulau Seribu untuk menyelamatkan lahirnya anak ke dua, saya tidak mau kejadian sebelumnya yang menimpa terulang kembali, kata alumni Indera Sakti tersebut.

Apa yang diperjungkan Ceri tenyata tidaklah sia-sia, Sheli lahir dengan selamat dan sebab itulah, rasa tidak ingin jauh lagi dengan anak membuatnya bertandang di Bintan. Menurutnya, asal muasal menjadi peternak lele itu muncul dalam komitmennya untuk bertahan, dimulai dari isu yang bertebar di tengah masyarakat tentang ikan tersebut pada satu kedai kopi.

Ketika duduk di kedai kopi, orang – orang waktu itu acap kali membicarakan lele, timbul penasaran dan optimis, akhirnya, dari situlah saya terfikir untuk mencoba membudidayakan lele tersebut, imbuhnya.

Dengan bekal ilmu budidaya ikan laut di Pulau Seribu, ia membeli 20.000 ekor bibit lele, Ceri membuka 4 kolam semen dan 3 kolam tanah. Tapi menurutnya, berjalan dua bulan lele yang ia pelihara tidak menunjukkan keberhasilan, bahkan lele tersebut tidak bertambah ukurannya.

Selain itu, beli bibit sebanyak 20.000 ekor tersebut, ternyata tidak sampai pada jumlah yang ia pesan, bahkan kurang jauh dari jumlah pemesanannya. Ternyata, saya ditipu oleh penjual bibit lele, karena jumlah bibit yang saya pesan tidak sampai 20.000 ekor. Selain itu, 2 bulan berjalan bibit tersebut tidak mau besar, katanya sambil mengingat masa lalunya.

Tanpa patah semangat, ia pun mencoba kembali dengan membeli bibit dengan penjual bibit lele yang berbeda sebanyak 20.000 ekor. Akan tetapi, cobaan buatnya tidak terhenti sampai di situ, ketika sudah hampir bisa panen, banjir pun melanda. Ini lah yang membuatnya hampir putus asa.

Bagaimana tidak, MoU susah dilakukan kepada pihak pembeli, namun karena banjir, terpaksa semua itu dibatalkan. Saya sempat ‘down’ dengan semua kejadian ini, kata ayah dua orang anak tersebut.

Tapi baginya, pengalaman adalah guru yang terbaik, ia pun mencoba lebih teliti dan mencoba keberhasilan dari kegagalan tersebut, untuk yang ketiga kalinya, hasil lele ternakannya sudah bisa panen dan kini pengalaman itu lah kunci yang menjawab segala keberhasilannya dan kini sampai meraih sertifikat terbaik dengan mutu dan jumlah lele terbanyak.

Komitmen sang ayah untuk buah hatinya Sheli dan adik laki – lakinya Sheril pun bisa terjawab dengan segala pengorbanan dan tekadnya demi si buah hati, meskipun upah kerjanya di Pulau Seribu tidak kunjung ia ambil hingga kini.

suprapto

Read Previous

Masyarakat Batam Diharapkan Bisa Ikut Sukseskan Tour de Barelang

Read Next

De Distro Hadirkan Kaos Produk Lokal