Tantangan Pedagang Tahu Sumedang

Tanjungpinang, Isukepri.com – Satu hal yang paling dikhawatirkan oleh para pedagang tahu adalah perubahan harga kedelai secara tiba – tiba. Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, ketika pasokan dan harga kedelai di Indonesia tidak stabil.

Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, menyebabkan naiknya harga produk-produk impor, termasuk kedelai. Para pengolah tempe dan tahu di Indonesia sampai ke Tanjungpinang mengeluhkan naiknya harga kedelai tersebut.

Salah seorang pedagang yang menjual tahu Sumedang, Grafasius (32) di jalan D.I Panjaitan Km 7 Tanjungpinang menyebutkan, sebelum desas desus naiknya harga kedelai beberapa waktu lalu, yang sebelumnya hanya sekitar Rp380 ribu-an per karungnya. Kini, harga kacang soya tersebut paling tinggi dan naik sekitar Rp494 ribu per karung secara bervariasi dengan berat 50 kilo.

Pria kelahiran Tanjung Balai Karimun ini, sempat putus asa mencari keberadaan kedelai sewaktu adanya isu dari pulau Jawa yang merambat sampai ke Tanjungpinang. Kita dapat kabar, bahwa di pulau Jawa para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok dari segala aktifitas pengolahan kedelai. Kejadian ini rupanya sampai ke Tanjungpinang, karena dampaknya sama, selain harganya mahal, kedelai juga menjadi langka di pasaran Tanjungpinang, ujarnya, Sabtu (9/5).

Grafasius yang akrab disapa Sius ini mengaku, sempat khawatir jika para pengrajin tahu dan tempe di Tanjungpinang sampai ikut – ikutan mogok seperti di daerah Jawa. Akan tetapi, tidak semua seperti itu, sebagai contoh pengrajin tahu tempat ia berlangganan tidak melakukan aksi mogok.

Hal itu juga, sangat disayangkan apabila seorang Sius harus mogok dari berjualan tahu akibat mahalnya harga dan kelangkaan kedelai di pasaran Tanjungpinang. Karena, baginya usaha ini terus menerus harus dibuka, meskipun kondisi kedelai di pasar yang mengalami gonjang ganjing yang serius.

Bagi para penjual tahu, termasuk tahu Sumedang yang saya jual ini, selalu terkait dengan kedelai di pasar, karena secara langsung atau pun tidak, tahu yang kami jual terkait produksi para pengrajin tahu dan harga kedelai di pasar, katanya.

Sebagai penjual tahu yang ia tekuni sejak 2012 lalu, baginya prospek tahu di Tanjungpinang bisa dikatakan sangat baik. Karena, baru satu tahun lebih berjualan tahu, ia sudah mampu membuka cabang yang sama dikawasan Suka Berenang.

Mulanya usaha tahu Sumedang ini milik orang asli Sumedang, namun karena ada permasalahan keluarga yang sangat penting, akhirnya pemilik pertama ini menjulanya ke saya dan meninggalkan Tanjungpinang. Nah, bermula dari itulah saya mulai mencari celah untuk menekuni usaha ini, pertama dengan mancari agen tahu di Tanjungpinang, kata Sius di
gerobak tahu Sumedang-nya di pingggiran Jalan D.I Panjaitan Km 7.

Mungkin secara kebetulan, ketika berkeliling di pasar, ia bisa bertemu dengan agen tahu, karena tidak semua pengrajin tahu bisa membuat tahu Sumedang. Sambil tertawa, ia mengatakan, proses mencari pengrajin tahu ini pun menghabiskan beberapa hari juga.

Ternyata benar bapak tersebut adalah seorang pengrajin tahu yang memiliki dapur pengolahan kedelai di Km 13 arah Kijang, dari perjumpaan itu lah saya mulai berjualan untuk meneruskan usaha tahu setelah serah terima dari pemilik usaha yang lama, paparnya.

Per harinya, Sius mampu menjual 4 bahkan 6 ancak tahu Sumedang dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Bahkan, jika situasi dan kondisi sedang mendukung, tahu yang ia jual dalam bentuk gorengan tersebut bisa habis.

1 ancak itu sama juga satu papan persegi, kalau kita beli di pabrik tahu yang isinya sekitar 256 biji tahu per ancak atau seharga Rp50.000 per ancak, tutur Sius.

Pemilik sekaligus penjual tahu Sumedang ini pun mampu mengantongi bersih pendapatannya sekitar Rp150 ribu perharinya, dan jika kondisi sepi, Rp60 ribu masih bisa diraupnya, meskipun kini omset yang ia raih mengalami penurunan. Dari pendapatan tersebut, ia berkeinginan mengembangkan usahanya terus menerus. Hanya saja, kekhawatiran terhadap kedelai masih mengiming – imingnya.

Yang masih kita khawatirkan itu adalah harga dan pasokan kedelai tersebut, jika pun harganya mahal, itu masih bisa kita antisipasi, namun yang sulit ini apabila kedelai langka di pasaran, ujarnya.

Masih kata Sius, apalagi semua usaha yang ia kelola ini tidak pernah bersentuhan langsung dengan pemerintah, semuanya dari hasil jerih payah sendiri, jadi baik modal maupun pasokan kedelai sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usahanya. Ia berharap, ada survey dari pemerintah terhadap para pedagang pinggiran atau pedagang kaki lima seperti ia agar mendapatkan bantuan modal guna keberlangsungan usaha para pedagang kecil di Tanjungpinang.

Jika memang benar ada bantuan dari pemerintah terkait pelaku usaha kecil ini, kita berharap mendapat bantuan tersebut, imbuhya.

suprapto

Read Previous

Gedung LAM Megat Sri Rama Kabupaten Bintan Diresmikan

Read Next

Ayam Penyet Sido Mulyo Semakin di Nikmati