Bahasa Melayu, Duduki Peringkat keempat di Dunia

Batam, IsuKepri.com – Para Budayawan dari tujuh negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Laos, Thailand, dan Filipina berkumpul dalam acara Kongres Bahasa Melayu, yang dilaksanakan di Hotel Planet Holiday, 14-15 Juni 2015.

Kongres bahasa melayu merupakan acara yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam. Ketua Lembaga Adat Melayu Provinsi Riau, Al Azhar mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan langkah agar bahasa melayu bisa menjadi bahasa dunia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Sesuai dengan tema kongres yakni “‘”‘ Menjulang, Meningkatkan, dan Memartabatkan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Pengetahuan”‘”‘.

Untuk menjadi bahasa dunia, sebelum itu kan jadi bahasa Asean dulu. Salah satu caranya bahasa melayu dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, kata Al Azhar yang ditemui sebelum acara pembukaan kongres, Minggu (14/6).

Menurut Al Azhar, bahasa melayu saat ini hanya difungsikan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Sementara untuk bidang ilmu pengetahuan masih banyak digunakan bahasa serapan dari negara-negara kawasan barat.

Ia menilai banyak orang di masa kini yang meragukan bahasa melayu sebagai alat komunikasi ilmiah. Cukup banyak orang yang menggunakan istilah barat untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya istilahnya pun sudah ada di bahasa melayu.

Ada perasaan masa kini itu cukup berjarak dengan bahasa melayu. Orang hanya bertumpu pada fungsi komunikasi sehari-hari. Hal-hal lain di luar fungsi itu sering dibahas tapi jarang digunakan, karena ada semacam tanda-tanda keraguan, ujarnya.

03-1

Sementara itu, Walikota Batam, Ahmad Dahlan mengatakan latarbelakang diadakannya kongres ini adalah ingin meninggikan peranan bahasa melayu yang sesungguhnya Bahasa Indonesia di Indonesia, Bahasa Melayu di Malaysia, Bahasa Melayu Singapura di Singapura, Bahasa Melayu di Brunei, dan lainnya.

Bahasa melayu ini berada di peringkat keempat penggunaan paling banyak di dunia. Peringkat pertama itu Cina, kedua Inggris, kemudian Spanyol, Indonesia, dan India. Ini berarti bahasa melayu bisa jadi bahasa internasional, bisa dilegalkan PBB sebagai bahasa dunia. Kita ingin mengangkat isu itu, bahwa bahasa melayu juga bisa menjadi bahasa pengetahuan, papar Dahlan.

Pada kegiatan ini, panitia menghadirkan tujuh pembicara. Yakni Profesor Zainal Abidin Borhan dan Profesor Abdul Latif Abubakar dari Malaysia, Profesor Mahsun, Doktor Abdul Malik, dan Aswandi Syahri dari Indonesia, Doktor Hamiding Sanor dari Thailand, Doktor Mohamed Noh Daipi dari Singapura, serta Doktor M Zan Musa dari Champa Laos. Moderator dalam kongres ini adalah Al Azhar dan Samson Rambah Pasir.(SUTIADI MARTONO)

Sutiadi Martono

Read Previous

Camat Singkep Pastikan Selama Ramadhan THM Tutup

Read Next

BI Kepri lakukan kerjasama Dengan 29 Bank Umum