Batam, IsuKepri.com – Menilik sejarah pergerakan mahasiswa, dimulai pada era budi utomo, kemerdekaan, orde lama, runtuhnya orde baru dan era reformasi dapat diketahui bahwa mahasiswa di era reformasi tidak memiliki common enemy sehingga sulit mempunyai satu rasa yang pada akhirnya membuat gerakan sulit untuk bersatu.
Hal ini disampaikan, Amir Mahmud, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Kepri pada Focus Group Discusion yang digelar oleh FGD Nusantara bersama BEM STIE Ibnu Sina Batam, Sabtu (30/5).
“Kesamaan dalam memahami sebuah isu gerakan menjadikan, gerakan mahasiswa saat ini sulit untuk dipersatukan,” ujar Amir.
Amir mengatakan bahwa friksi-friksi yang terjadi pada tataran pergerakan mahasiswa seharusnya tidak menjadi permasalahan ketika satu sama lain tetap fokus pada jalan yang mereka perjuangkan dan tidak menjatuhkan satu sama lain.
“Gerakan mahasiswa adalah sebuah kekuatan moral yang perlu dijaga. Peran mahasiswa sangat strategis sebagai midle class yang posisinya berada di jajaran tengah yang dapat mengakses unsur pengambil kebijakan tanpa meninggalkan interaksi langsung dengan tataran masyarakat menengah ke bawah, sebagai elit intelektual di kalangan masyarakat tentu saja menjadi sebuah tanggung jawab yang besar,” kata Amir.
Oleh karenanya, Yudi mengatakan bahwa gerakan mahasiswa lokal perlu dimaksimalkan. Gerakan mahasiswa lokal, bukan pada tataran nasional, sebab yang membuat masyarakat tidak merasa diperjuangkan adalah keenganan mahasiswa untuk turun menghimpun aspirasi ke tingkat grass root.
“Mahasiswa harus rajin mendengar keluhan masyarakat, sehingga gerakan mahasiswa benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” katanya.
FGD Nusantara merupakan sebuah wadah diskusi bagi kalangan mahasiswa dan pemuda yang di Batam. FGD ini akan mengelar dialog dikampus-kampus terkait isu dan permasalahan kekinian, dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten. (slk)
