Batam, IsuKepri.com – Laju inflasi Kepri pada Januari 2016 masih mengalami tekanan akibat kenaikan harga kelompok bahan pangan. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,55% (mtm) atau 5,32% (yoy) masih lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 0,51% (mtm) atau 4,14% (yoy).
Kepala Bank Indonesia perwakilan Provinsi Kepulauan Riau, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan, Inflasi Januedfari 2016 relatif sama dengan pola historisnya sesuai rata-rata inflasi Januari 5 tahun terakhir sebesar 0,57% (mtm).
“Dibandingkan Provinsi lainnya di Regional Sumatera, inflasi bulanan Kepri berada di urutan keempat setelah Sumut (0,88%), Bengkulu (0,67%), dan Babel (0,59%). Berdasarkan kota, Tanjungpinang mencatatkan inflasi bulanan yang lebih tinggi dibanding Batam. Inflasi Tanjungpinang sebesar 0,93% (mtm) atau 3,22% (yoy) lebih tinggi dibanding Batam 0,49% (mtm) atau 5,67% (yoy),” ujar Gusti, Kamis (4/2).
Kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi Januari. Komoditas volatile food masih mencatatkan laju inflasi yang relatif tinggi sebesar 2,64% (mtm), disumbang oleh komoditas cabai merah, daging ayam ras dan bawang merah.
Laju inflasi volatile food tersebut lebih tinggi dibanding pola historis 5 tahun yang rata-rata hanya mencapai 2,28% (mtm) yang dipengaruhi terbatasnya posokan bahan pangan dari sentra penghasil, kenaikan harga pakan ternak serta dampak angin musim utara yang mulai menghambat aktivitas nelayan.
Kelompok ikan segar mengalami inflasi sebesar 3,54% (mtm) setelah 3 bulan sebelumnya mencatatkan deflasi.
Laju inflasi inti relatif stabil sejalan dengan menurunnya permintaan domestik. Inflasi inti 0,16% (mtm) meningkat dibanding inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15% (mtm), namun lebih rendah dibanding rata-rata inflasi inti 5 (lima) tahun terakhir sebesar 0,30% (mtm).
Kenaikan inflasi inti antara lain didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan yang meningkat sebesar 0,50% (mtm).
Sebaliknya, inflasi gula pasir tercatat mulai mereda sebesar 0,31% (mtm) melambat dibanding bulan lalu sebesar 1,73% (mtm). Masih rendahnya permintaan domestik dan terbatasnya konsumsi pemerintah yang tercermin dari menurunnya tingkat keyakinan konsumen serta penurunan ekspektasi inflasi masyarakat. (SM)