Resensi Novel “Ayat-Ayat Cinta 2”

Judul Buku: Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 697 Halaman
ISBN: 9786020822150
Kategori Buku: Novel

Resensi, IsuKepri.Com – Ayat-Ayat Cinta 2 merupakan lanjutan dari salah satu mahakarya seorang Novelis Habiburrahman El Shirazy yang biasa dipanggil Kang Abik atas novelnya yang bertajuk Ayat-Ayat Cinta yang terbit sekitar 10 tahun silam. Bukan hanya sebatas novel agama, namun terdapat begitu banyak hikmah dan pembelajaran yang dapat diambil oleh para pembaca tanpa merasa di gurui oleh sang penulis. Sebagaimana ciri khas dari karya-karyanya, Kang Abik juga tetaap menyelipkan ilmu baik itu fiqih, sejarah, maupun pengetahuan keIslaman didalam setiap karyanya begitupun dalam kisah Ayat-Ayat Cinta 2 kali ini. Dan tidak lupa, didalam kisah Ayat-Ayat Cinta 2 kali ini, Kang Abik mengulas tentang bagaimana bersikap dengan tetangga (baik itu terhadap muslim maupun non-muslim), bersikap dermawan, saling menolong, hingga bersikap berbaik sangka terhadap Allah dan banyak lagi. Novel dengan penggambaran latar tempat yang sangat detail, membuat saya seolah membayangkan Edinburg. Kang Abik sangat kuat di bagian setting.

Didalam kelanjutan kisah Ayat-Ayat Cinta 2, novel ini tidak hanya bercerita tentag kisah cinta yang dibalut dengan ajaran-ajaran Islam, namun juga tentang entrepreneurship yakni ketika Fahri menjadi sosok businessman. Sejak menikah dengan Aisha ia mulai terbiasa mengelola bisnis keluarga Aisha dan mengembangkannya hingga sekarang. Bersama saudara sepupu Aisha, Ozan, ia mengembangkan butik di Edinburgh dan mengembangkannya dengan membuka cabang di luar kota. Selain itu, Fahri juga memiliki minimarket dan restauran halal tidak jauh dari kediamannya berada.

Edinburgh University yang merupakan bangunan kuno, klasik namun tampak berkelas menjadi pembuka kisah. Kisah ini berlanjut ketika sang tokoh utama – Fahri Abdullah – bertugas untuk menggantikan profesor Charlotte untuk memberikan kuliah mengenai philologi pada hari itu. Kini Fahri Abdullah bukan lagi seorang mahasiswa sebagiamana yang terlukis dalam Ayat-Ayat Cinta, namun telah menjadi seorang dosen di Edinburgh University yang mempunyai seorang istri bernama Aisha. Namun, Fahri melalui kehidupan di Edinburgh tanpa Aisha. Istrinya secara misterius menghilang dalam kunjungannya ke Palestina. Alicia, teman seperjalanan Aisha dilaporkan tewas tak lama setelah mereka menghilang. Selanjutnya, kisah Fahri diceritakan tentang bagaimana upaya yang dilakukannya untuk menemukan sang istri, dan seperti apa ia melanjutkan hidupnya

Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha pencarian istri yang sangat dicintainya itu, Fahri mencoba untuk menenggelamkan kesedihannya dalam berbegai kesibukan dengan pindah ke salah satu kota dikawasan Britania Raya yang diidamkan oleh istrinya yakni Edinburgh bersama Hulusi, asisten rumah tangga yang begitu dipercayanya. Didalam perjalanan sehari-hari, Fahri dipertemukan dengan beberapa orang. Di Edinburgh, Fahri tinggal di kawasan bernama Stoneyhill Grove dan menjalin cerita dengan seorang keluarga – Nyonya Janet – yang memiliki anak bernama Keira dan Jason yang sangat membeci Fahri karena ia seorang Muslim. Serta menjadi tetangga yang baik untuk seorang nenek bernama Catarina. Nenek Catarina juga awalnya membenci Fahri yang muslim, karena memang agamanya mengajarkan demikian. Fahri salah satu Amalek yang harus dibenci. Namun di akhir kisah, nenek Catarina berbalik. Ia tak lagi membenci Fahri. Lalu bagaimanakah cara Fahri berdakwah ‘menyampaikan Islam yang sebenarnya pada tetangganya?

Meskipun demikian, kecintaan Fahri akan Allah dan Rasulnya masih tetap kokoh yang tercermin dari aktivitas ukhrawi sehari-hari. Ia masih menjalankan tilawah dan muroja”‘ah Al-Quran sebagai dzikir tiap harinya bahkan ia juga diminta untuk menjadi imam disalah satu masjid terkenla di kawasan Britania Raya.

Selain dihadapkan dengan permasalahan pribadinya sendiri, tantangan juga datang dari pihak luar. Didalam beberapa kesempatan, Fahri dipertemukan dengan suasana akademik berupa debat terbuka mulai dari pembahasan tentang konflik Palestina yang dipicu oleh kekejaman Israel hingga pembahasan tentang teori yang menyatakan bahwa semua agama itu sama dan juga terkait permasalahan Atheis. Dengan berlandaskan keilmuannya, Fahri mencoba untuk tidak diam dan menjabarkan bagaimana sudut pandang Islam dalam permasalahan tersebut menggunakan kitab yang diyakini oleh Barus – seorang Yahudi yang mengajak debat Fahri – dan kawan-kawannya. Hal ini lah yang menjadikan Fahri semakin terkenal di dunia akademik hingga ditawari untuk menjadi dosen di Oxford University.

Suatu hari, Fahri menolong seorang wanita muslim peminta-minta yang berwajah rusak dengan memintanya untuk tinggal dirumahnya selama mengurusi status kependudukan wanita tersebut guna menjamin keselamatannya. Meskipun tidak mengenal sosok wanita muslim tersbut, Fahri tetap menunjukan sikap Islaminya. Namun, lama-kelamanaan, Fahri menyadari bahwa sikap wanita muslim tersebut yang bernama Sabina memiliki banyak kesamaan dengan istrinya, Aisha. Mulai dari masakan, keilmuan, kepribadian hingga perhatiannya kepada Fahri. Namun melihat dari fisik hingga pita suaranya yang berbeda, sulit bagi Fahri untuk mempercayai bahwa Sabina adalah Aisha. Sayangnya, Sabina tak punya tanda identitas diri. Jari-jari tangannya pun melepuh akibat kebakaran kompor yang terjadi di rumah Fahri. Kondisi itu menambah sulit bagi Fahri untuk memintanya melakukan tes sidik jari. Dan ketika tangan Sabina sudah mulai membaik, ia justru pergi lagi dari rumah Fahri.

Fahri yang merupakan suami dari Aisha yang telah menolong seorang wanita muslim (Sabina) menikahi Hulya. Pernikahan Fahri dengan Hulya yang merupakan sepupu Aisha dikarenakan kedekatannya dengan keluarga Aisha. Meskipun sulit, namun pada akhirnya, Fahri mampu menerima kehadiran Hulya didalam kehidupannya. Dengan hadirnya Hulya, kehidupan Fahri telah berjalan lebih sempurna dengan hadirnya malaikat kecil diantara mereka yang diberi nama Umar al Faruq.

Inilah salah satu kehebatan dari seorang Habiburahman el Shirazy, dimana ia mampu membawa pembaca untuk terus masuk dan menerka apa yang akan terjadi pada masing-masing tokoh. Hal ini tergambarkan ketika dipertengahan jalan kehidupan Fahri dan Hulya, Fahri dipertemukan dengan istrinya tercinta – Aisha – yang merubah roda kehidupan Fahri. Lalu, bagaimana dengan Hulya? Akankah kisah poligami akan terulang kembali? Akankah Fahri yang dikenal dengan sosok yang soleh akan tetap bersama Hulya dan mulai melupakan Aisha? Silahkan anda membacanya sendiri.

Ayat-Ayat Cinta yang seyogyanya lahir sejak 10 tahun silam, memberikan kerinduan terhadap pembacanya. Namun melalui kisah Ayat-Ayat Cinta 2 tak kehilangan jati dirinya sebagai novel yang memberikan ruh tersendiri bagi para pembacanya dengan semakin mengukuhkan kekuatan dari Ayat-Ayat Cinta. (Mes)

Redaksi

Read Previous

\’Iqra\’ Film Layar Lebar Pertama Salman ITB

Read Next

Makna Kembalinya Aleppo