Haruskah Berkamuflase Sebelum Jadi Pemimpin ?

Berkamuflase merupakan sifat alamiah Bunglon. Bukan untuk membohongi mangsanya tatapi untuk mempertahankan diri dari pemangsa.

Pemimpin merupakan figur sekaligus harapan untuk menunaikan cita-cita bangsa. Menjadi pemimpin suatu daerah atau negara bukanlah sesuatu yang mudah. Terikat dengan sumpah, terikat dengan tanggungjawab yang merupakan kewajiban, amanah yang harus ditunaikan untuk kepentingan rakyat.
Namanya kewajiban, sudah menjadi ketentuan apabila ia melanggarnya sangsinya dunia sampai akhirat (walaupun banyak yang menganggap remeh). Begitu pula sebaliknya bila mampu menunaikannya maka diapun akan mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat.

Didalam sistem demokrasi setiap pemimpin mulai dari pemilihan RT, RW, Kepala Desa, Kepala Daerah, Presiden, Dewan Perwakilan Rakayat (Pusat ataupun Daerah) untuk menduduki suatu jabatan mesti mendapatkan dukungan dari masyarakat (pemilih).

Proses untuk mendapatkan dukungan suara, biasanya para bakal calon melakukan upaya-upaya atau strategi-strategi politik tertentu yang dipergunakan untuk mempengaruhi colon pemilih. Hal ini merupakan hal yang normal saja dalam proses mencari dukungan suara.

Memang dibutuhkan kerja ekstra bahkan mungkin dengan menghadirkan kunsultan politik dan upaya-upaya lainnya. Karena kunci kemenangan adalah memperoleh suara terbanyak. Tetapi hal yang tidak boleh dilupakan setiap upaya-upaya untuk mendapatkan dukungan suara tidak bisa lepas norma hukum.

Kondisi perpolitikan Indonesia memang belum bisa dikatakan dalam kondisi baik. Masih sering kita mendengar kekecewaan yang dialami oleh masyarakat yang sudah menetapkan pilihanya. Setelah mendengarkan janji-janji manisnya, namun ujung-ujungnya semuanya hanya berlalu dengan dusta.
Masih kita dapati pemimpin-pemimpin yang hanya bermuka manis, murah senyum, silaturahmi keliling ketika mencari dukungan. Tetapi hilang seketika ketika sudah mendapatkan jabatan yang diinginkan. Berkamuflase tetapi bukan untuk mempertahankan diri justru ingin menipu mangsa.

Kekejiannya semakin menjadi, tidak segan-segan untuk menjadikan jabatanya sebagai sarana mengumpulkan harta, bahkan merampok dengan jabatannya (korupsi).

Walaupun banyak upaya yang dilakukan untuk mengalahkan dan melupuhkan pemimpin seperti ini, namun masih ada saja yang lolos. Masih ada saja yang duduk dikursi jabatan yang merupakan amanah dari rakyat dengan berwaja polos seperti tak berdosa namun dikepalanya hanya ada jabatan dan uang.
Jelas, program untuk kesejahtraan rakyat terlupakan. Fokus utama menjadi hilang yang ada hanyalah janji yang layaknya dibuang dalam tong sampah. Karena efeknya jelas menggangu kestabilan bangsa dan negara.

Efeknyapun jelas kepercayaan pemilih menurun, tercatat tiga kali pemilu setelah reformasi tingkat partisipasi pemilih mengalami penurunan. Walaupun 2014 mengalami peningkatan 75,1% namun bila dibandingkan dengan pemilu 1999 dan 2004 masih jauh dibawa persentasinya yakni 92,6% dan 84,1%.
Pencegahan adalah jalan untuk mengatasi. Pemilih harus cerdas, harus aktif jangan sampai kecolongan untuk kesekian kalinya. cukup sekali tertipu.
Maka dari sekarang harus memantau siapa yang layak menjadi pemimpinmu. Mungkin dulunya tidak pernah tersenyum, tidak pernah muncul di media masa hari ini akan muncul dengan senyuman dan disertai dengan kegiatan positif hati-hati. Pemilih tidak boleh kalah dengan tipu daya seperti ini, kecerdasan harus diatas rata-rata yang suka berkamuflase. Kalu tidak ! akan kecolongan lagi.

Hal tidak kalah penting, dengan adanya Rumah Pintar Pemilu, yang baru saja diresmikan 30/03 bagi calon pemilih bisa langsung berkonsultasi bertanya untuk memperoleh informasi-informasi penting agar pemilu semakin berkualitas khsusnya pemilihan di Provinsi Kepulauan Riau.

Peran aktif dari calon pemilih untuk berpartisifasi dalam mengawal jalannya pemilihan sangat berpengaruh pada kualitas kepemimpinan yang dijabat oleh terpilih nanti.

Redaksi

Read Previous

Menjaga Keutuhan Bangsa Berbekal Bhineka Tunggal Ika

Read Next

Bupati Anambas Ajak Generasi Muda Kembangkan Varian Produk Perikanan di Anambas