P3AP2KB Kembali Kampanyekan “He For She”

Bintan, Isukepri.com – Dalam mensukseskan kampanye global He For She di Provinsi Kepulauan Riau, Anggota DPRD Provinsi Kepri, Dra. Hj. Dewi Kumalasari, M.Pd mengajak seluruh elemen masyarakat bersama pemerintah daerah ikut berpartisipasi dalam rangka mewujudkan program kesetaraan gender di Indonesia.

Dewi mengatakan, Indonesia termasuk sepuluh besar negara yang menjadi Champion World Leader kampanye Internasional He for She yang dibentuk untuk meningkatkan peran dan mendorong keterlibatan laki-laki dalam penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Gerakan He for She merupakan suatu bentuk komitmen yang menjadi kepedulian para pemimpin negara, termasuk Indonesia. Kita (Indonesia) termasuk sepuluh besarnya. Tentunya kita harus memberikan dukungan penuh terhadap program yang telah lama dicanangkan oleh PBB ini, kata Dewi dalam sambutannya pada kegiatan Sosialisasi Penguatan Kualitas Perempuan dan Perlindungan Anak He For She Provinsi Kepulauan Riau, Senin (8/5) di Hotel Hermes Agro Resort & Convention, Kawal – Kabupaten Bintan.

Anggota Komisi IV DPRD Kepri ini menambahkan, meskipun di Kepri angka kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak begitu besar seperi kota-kota lainnya, namun hal ini perlu menjadi perhatian bersama. Dengan adanya program ini diharapkan peran dan dukungan kaum laki-laki dalam menyukseskan program kesetaraan gender terus meningkat.

Kita semua khususnya bapak-bapak dan kaum laki-laki harus mampu menjadi pelindung yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi perempuan dan anak-anak. Jika perlu di Provinsi Kepri ini tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak atau 0% (nol persen) karena laki-laki seyogyanya adalah mitra perempuan, tambahnya.

Tentunya, untuk mewujudkan hal tersebut, jelasnya, tidak cukup hanya sebatas kampaye saja melainkan perlu bukti konkrit dan implementasi secara baik dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki sebagai tokoh kunci dalam memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak.

Dibutuhkan komitmen dari laki-laki untuk menghapus kekerasan tidak lagi berperilaku semena-mena terhadap perempuan dan anak. Berikan hak-hak mereka, agar perempuan bisa lebih berperan dalam menggali potensi-potensi dirinya masing-masing, jelas Dewi.

Menurut Bunda Peduli Perlindungan Anak Kabupaten Bintan ini, perempuan merupakan representasi dari separuh pelaku dan penerima manfaat pembangunan. Terkait hal tersebut, maka isu tentang pengarusutamaan gender menjadi fokus utama dalam pemerintahan.

Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperjuangkan hak-hak menuju perubahan positif bagi perempuan, khususnya menyangkut akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dari pembangunan, katanya.

Sementara itu, dalam sambutannya membuka kegiatan He For She tersebut, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Provinsi Kepri, Misni, SKM,M.Si secara tegas mengharapkan dalam kehidupan sehari-hari setiap laki-laki termasuk anak-anak memiliki komitmen dan tekad kuat untuk benar-benar menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta dapat memenuhi hak-hak mereka sehingga kesetaraan gender pada 2030 mendatang dapat terealisasi sebagaimana mestinya.

Diharapkan nantinya para peserta laki-laki untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. Stop kekerasan terhadap mereka. Kalau perlu diadakan fakta integritas karena mereka memiliki hak untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan, tegasnya.

Menurutnya, komitmen tersebut dapat terwujud salah satunya melalui pembentukan kelompok ayah dan remaja laki-laki yang peduli terhadap perlindungan perempuan dan anak untuk mendorong pentingnya penghapusan tindak kekerasan.

Mudah-mudahan nantinya di masyarakat khususnya Provinsi Kepri tumbuh dan berkembang kelompok-kelompok lelaki peduli perempuan dan anak (Mancare) sebagai upaya mewujudkan Kepri yang bebas dari kekerasan, katanya.

Melalui berbagai upaya, tambahnya, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Kepulauan Riau terus mengalami penurunan yang cukup siqnifikan. Tercatat terdapat penurunan sebesar 23,32% di tahun 2015 dimana tahun sebelumnya terdapat 763 kasus menjadi 585 kasus. Tahun 2016 terjadi sebanyak 225 kasus dengan korban 208 diantaranya terjadi pada perempuan dan untuk tahun 2017 sampai dengan bulan Mei ini terdapat 75 kasus dimana 56 orang atau 74,6% diantara korban adalah perempuan.

Meski kasus kekerasan dari tahun ke tahun terus menurun, namun kekerasan terhadap perempuan dan anak kerap saja terjadi. Oleh karena itu, Misni meminta komitmen dan dukungan semua pihak dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak. Setiap laki-laki baik ayah sebagai pemimpin keluarga maupun anak laki-laki tidak melakukan kekerasan  dan mampu mencegah terjadinya  tindakan yang mengarah pada kasus kekerasan dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.

Kaum laki-laki harus menjadi maskot dan kader anti kekerasan dalam keluarganya dan lingkungan tempat tinggalnya. Bila terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlu kerjasama dalam hal memberikan dukungan dan motivasi kepada korban dan mampu memberikan ruang yang cukup bagi perempuan menikmati kebebasannya dalam berinovasi dan berkreatifitas, ajaknya.

Agar perempuan dan anak tidak selalu menjadi objek kekerasan, sangat diperlukan sikap peduli sesama, peduli lingkungan dan peduli terhadap permasalahan yang berhubungan dengan perempuan dan anak sehingga Kepri sebagai daerah bebas dari kekerasan perempuan dan ramah  anak dapat terwujud.

Redaksi

Read Previous

Dewi Berharap Orang Tua Paham Tahapan Tumbuh Kembang Anak

Read Next

Sempena Bulan Ramadhan, HMI Batam Santuni Yatim Piatu dan Dhuafa